Minggu, 26 Juli 2009

Petani Ibun Kembangkan Pepaya di Lahan PHBM

Petani di sekitar hutan Perhutani Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, mengembangkan tanaman pepaya dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Pengembangan tanaman pepaya itu dilakukan oleh para petani di Desa Mekar Laksana sejak beberapa waktu lalu, sehingga daerah itu akan menjadi salah satu pemasok pepaya ke pasar-pasar di Kota Bandung.
"Selain menanam pepaya, juga menanam pisang. Tanahnya cocok untuk kedua jenis tanaman itu," kata Akub, 45 tahun, salah seorang warga Ibun, Selasa (28/8).

Pengembangan pepaya itu dilakukan di lahan Perhutani RPH Mandalawangi. Selain pepaya dan pisang, dalam rangka program PHBM juga dilakukan dengan pengembangan komiditi kopi, rami, nilam dan murbey.

"Rata-rata setiap petani menanam kopi, namun untuk jangka pendeknya mereka menanam tanaman yang cepat panen seperti pepaya dan pisang," kataya.

Menurut data dari Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciparay, yang mencakup RPH Mandalawangi dan RPH Pacet, lahan yang dikelola bersama masyarakat itu mencapai 2.740 hektar yang melibatkan 4.188 petani yang tergabung dalam 215 kelompok petani (koptan) dari masyarakat di sekitar desa hutan Perhutani.

Beberapa desa di RPH Mandalawangi yang telah tersentuh program PHBM antara lain Desa Ibun, Mekarwangi, Loa, Drawati, Karangtinggal dan Mekarlaksana.

Sedangkan di RPH Pacet yakni Desa Dukuh, Neglasari, Sulaksana, Cikawao, Cikembang, Sukapura dan Cikande. Sebagian desa hutan lainnya madih dalam proses administrasi PHBM.

"Rata-rata tanaman PHBM di Pacet Kopi dan Rami. Produksi rami semakin diminati. Bahkan salah satu koptan berhasil menemukan mesin pengolahan rami yang cukup bagus," kata salah seorang petugas BKPH Perhutani Ciparay.

Bahkan saat ini, beberapa ketua kelompok tani tengah mendapat pelatihan program PHBM di Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Sumber : http://www.gatra.com/2007-08-28/artikel.php?id=107263

Baca Selengkapnya»»

Wilayah Paling Potensial

KECAMATAN Ibun termasuk salah satu wilayah paling potensial di Kab. Bandung, bahkan di Indonesia. Kawasan seluas 49 ha yang terletak di Kawasan Kamojang, Desa Laksana ini juga menjadi pusat pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).


Di lokasi itu terdapat 82 titik pengeboran sumur api yang tersebar di PLTP unit 1-4. Namun kini hanya 45 sumur yang masih aktif dan potensial digunakan sebagai sarana pembangkitan secara maksimal. Selain itu, lima sumur buatan Belanda pada tahun 1926, diketahui tidak aktif.

Menurut General Manager PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang, Zaenal Ilmie Bachrun, pembangkitan Area Kamojang dijadikan sebagai wilayah andalan untuk kebutuhan listrik di Indonesia, dengan jaringan/interkoneksi Jawa- Madura-Bali (Jamali). Pembangkit Kamojang yang dikelola PT PGE Area Kamojang ini menghasilkan 200 megawatt listrik untuk kebutuhan Jamali.

Dari 200 MW itu, kata Zaenal, 140 MW di antaranya dihasilkan PT Indonesia Power. PT PGE menjualnya dalam bentuk uap kepada perusahaan tersebut melalui unit 1-3. Sedangkan sisanya, sebesar 60 MW dihasilkan dan dikelola langsung PT PGE Area Kamojang dari pembangkitan unit 4.

Pembangunan unit 4 yang mulai beroperasi pada Januari 2007 ini menghabiskan dana Rp 600 miliar. Di lokasi pembangkitan unit 4 terdapat fasilitas 11 sumur api, sedangkan yang aktif dan digunakan sebanyak 9 sumur. Sedangkan dua sumur lagi untuk cadangan.

Semua sumur yang dibangun PGE rata-rata memiliki kedalaman 1.500-2.000 meter. Teknis pengeborannya pun dilakukan secara miring. Kemudian dua sumur lainnya adalah sumur injeksi. Sebab pengeboran dan pembangkitan harus dilakukan melalui proses sirkulasi air atau pemanasan secara tertutup, guna mempertahankan kelangsungan proses pembuatan energi listrik. Sebab modal utama dalam pembangkitan, selain terjadinya pemanasan, juga harus ada ketersediaan air.


Dengan adanya keterjagaan air dan menggunakan peralatan supercanggih yang sebagian berasal dari luar negeri, persediaan listrik yang dihasilkan PGE Area Kamojang tidak pernah terpengaruh kondisi cuaca. Sehingga sejak 1982, PGE tetap menghasilkan listrik 100 persen. Namun lain lagi bila ada gangguan lainnya.

Pembangkit Area Kamojang optimis dalam 30 tahun ke depan masih bisa menghasilkan energi listrik. Bahkan guna memenuhi kebutuhan listrik Jamali, PT PGE Area Kamojang akan menambah pembangunan pembangkitan baru unit 5 pada 2010. Yaitu pada lahan seluas 8 ha dengan lokasi sumur api seluas 0,5 ha. Lokasi ini akan menghasilkan produksi listrik 30 MW, guna memaksimalkan kebutuhan listrik interkoneksi Jamali yang mencapai 230 MW, setelah sebelumnya menghasilkan 200 MW (unit 1-4).

Untuk rencana itu, jelas Zaenal, pihaknya sedang mengurus proses perizinan. Sebab lokasi unit 5 ini berada pada kawasan cagar alam dan konservasi.

Menurut Zaenal, penambahan pembangunan pembangkitan baru tersebut dilakukan untuk memenuhi permintaan kebutuhan listrik yang dinilai masih kurang. "Berapa pun energi listrik yang dihasilkan akan terserap oleh pasar," pungkasnya.

Suumber: http://klik-galamedia.com/indexedisi.php?id=20090702&wartakode=20090702085905

Baca Selengkapnya»»